PANEN SUBUH
- kenangan di Rapak

Ketika bunga jagung baru tumbuh, ia betulkan
semua daun pintu. Rumah kita rumah sederhana,
tapi setiap pintu adalah rahim pengembara.
Biarlah serbuk gerimis dan serpih
bunga menciuminya.

Ia pun terbaring. Wajah-wajah di samping.
Jejari dipaut sebagai tangkal maut. seperti
kolibri yang teliti, ia menyapa wewajah
dengan jari.

Adzan terputus-putus menyiram dari kejauhan.
Tapi baginya seperti serbuk hujan menyambut
sebuah kedatangan. Memang ada mendekat,
tapi hanya kereta baru pulang panen.

Dini hari berkelebat, seekor kolibri melesat dari
sebuah pintu terbuka, terbang menuju kebun
menciumi bunga jagung lalu bertengger di bubung:
subuh mengkal, cahaya tunduk penuh berisi.

[03.2004]

Lemari Pendingin