JEJAK YANG PULANG
Beratus lembar kertas telah kutanggal seperti almanak harian.
Tapi ada saja yang tertinggal. Tak tercatat.
Mungkin sembunyi di sudut benak atau di pojokan
pagar halaman sebuah rumah yang dilantar.
Setiap berkunjung ke sana, aku hanya duduk lemas
di sebuah kursi malas di ujung kanan
beranda yang tak berparas.
Tapi beranda itu, sejatinya, tak pernah sepi.
Ada saja yang berjalan mendekat. Megap-megap
memberi tanggap.
“Engkaukah jejak yang pulang karena tak pernah
tiba di tujuan?”
Beratus lembar kertas telah kutanggal seperti almanak harian.
Tapi ada saja yang tertinggal. Tak tercatat.
Mungkin sembunyi di sudut benak atau di pojokan
pagar halaman sebuah rumah yang dilantar.
Setiap berkunjung ke sana, aku hanya duduk lemas
di sebuah kursi malas di ujung kanan
beranda yang tak berparas.
Tapi beranda itu, sejatinya, tak pernah sepi.
Ada saja yang berjalan mendekat. Megap-megap
memberi tanggap.
“Engkaukah jejak yang pulang karena tak pernah
tiba di tujuan?”
Oktober 2004
0 comments:
Post a Comment